http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/07/18/04130578/Roh.Pencak.Silat.Ada.pada.Perguruan
Sabtu, 18 Juli 2009 | 04:13 WIB
Mekarsari, Kompas - Selama ini pembinaan seni dari pencak silat kurang dapat perhatian. Pembinaan yang dilakukan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia lebih banyak terpusat pada olahraga prestasinya. Padahal, roh dari pencak silat itu ada pada perguruan.
”Itu sebabnya, di Jambore Seni Pencak Silat Indonesia I-2009 ini merupakan tempat apresiasi bagi semua perguruan pencak silat untuk menampilkan jurus-jurus terbaik mereka yang diramu dengan seni budayanya,” kata Eddie Marzuki Nalapraya, Presiden Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), sebelum pembukaan Jambore Seni Pencak Silat Indonesia (JSPSI) I-2009, Jumat (17/7) malam.
JSPSI I-2009 dibuka resmi oleh Tunas Dwidharto, selaku Deputi Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, di Taman Wisata Mekarsari, Ciulengsi, Bogor, Jawa Barat.
Hingga Jumat (17/7) petang, diketahui peserta JSPSI I-2009 mencapai 1.000 pesilat dari 52 perguruan pencak silat (PPS) se-Indonesia dan bakal berlangsung hingga Minggu (19/7).
Beberapa PPS yang tercatat, antara lain, adalah Pusaka Cinta Wargi Putra dari Tanjungkerta, Sumedang; Putra Betawi Poltangan; PPSI Sumedang; PPS Mutiara Panca Rasa; KPS Nusantara; dan Perisai Diri.
Menurut Eddie yang sudah lebih dari 31 tahun membina pencak silat, seni pencak silat merupakan salah satu daya tarik bagi pemuda-pemuda asing untuk mempelajari seni ilmu bela diri tradisional asal Indonesia itu.
”Itu sebabnya, dalam pembinaan dan pengembangan pencak silat, kita tidak bisa hanya menitikberatkan pada prestasi olahraganya saja, tetapi juga harus mengangkat seni ilmu bela dirinya sehingga kekayaan dari tiap-tiap perguruan akan terus berkembang,” kata Eddie.
Sebelum acara pembukaan JSPSI I-2009, dibacakan kesepakatan para pendekar dari semua perguruan yang ambil bagian. Dua butir yang penting adalah mereka minta agar pemerintah segera membuat hak paten atas seni bela diri pencak silat.
Menteri Pendidikan Nasional serta Menteri Negara Pemuda dan Olahraga juga diminta untuk memasukkan pencak silat sebagai olahraga wajib dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Menanggapi harapan tersebut, Tunas Dwidharto menegaskan bahwa kesepakatan itu bakal disampaikan agar segera dilaksanakan. ”Sebab, pencak silat adalah satu-satunya seni bela diri khas bangsa kita,” katanya.
Hayono Isman, yang merupakan ketua panitia, berharap agar para pendekar, melalui JSPSI I-2009, bisa menjadi teladan di lingkungan mereka. (NIC)
Silat is a collective word for martial arts created in the Malay Archipelago and Malay Peninsula of Southeast Asia. Originally developed in what is now peninsular Malaysia, Indonesia, southern Thailand and Singapore, silat was also traditionally practiced in Brunei, Cambodia, Myanmar, Vietnam and the Philippines. As a result, it is closely related to other Southeast Asian martial arts including krabi krabong and eskrima. Practitioners are called pesilat.
Pentjak Silat Mutiara Panca Rasa is an Indonesian martial art and began originally as a weapons style of combat. Pentjak Silat has borrowed much from its nearby neighbours of India and China, blending those fighting styles into their own. The result was a style containing kicking and striking techniques mixed with a variety of weapons techniques.
No comments:
Post a Comment